Sabtu, 24 Maret 2012

Sekedar Beropini - Timur Tengah

Satu kawasan yang hampir menjadi pusat segalanya, agama, minyak sebagai sumber daya terpenting bagi manusia, hingga konflik yang menarik seluruh perhatian dunia pada kawasan ini. Merupakan rumah bagi tiga agama besar di dunia, Islam, Nasrani dan Yahudi. Berada di kawasan subtropis dengan rentang suhu yang berbeda jauh antara siang dan malam hari sehingga mayoritas pendapatan negara tidak memungkinkan dari pertanian lantaran kondisi iklim dan geografis yang ekstrim. Meskipun kawasan ini merupakan penghasil 60 % dari minyak di seluruh dunia dan letaknya berdekatan dengan Eropa, tidak semua negara di kawasan ini merasakan kemakmuran akibat instabilitas politik di beberapa negara yang berkepanjangan.

Jika diperhatikan, negara – negara yang mengalami konflik pemerintahan di timur tengah adalah negara republik yang dipimpin oleh presiden, negara – negara yang cenderung demokratis. Sementara negara – negara monarki absolut terlihat aman dan jarang terdengar mengalami konflik pemerintahan. Konflik – konflik tersebut kebanyakan disebabkan oleh perpecahan yang terjadi antara rakyat yang mendukung dan yang tidak setuju dengan kepemimpinan satu pemerintahan. Terkadang konflik meluap karena reaksi rakyat akan pemimpin yang jatuh ke dalam jurang otoriter maupun kediktatoran.

Mungkinkah amannya negara – negara monarki di Timur Tengah dari konflik sebagai bukti bahwa di Timur Tengah, legitimasi pemimpin cara tradisional lebih berhasil daripada legitimasi modern ? Salah satu faktor yang menurut saya dapat menjawab pertanyaan ini adalah agama. 98% penduduk di negara – negara kawasan Timur Tengah beragama Islam dan negara – negara monarki di kawasan tersebut adalah negara yang menjalankan syariat Islam. Jadi legitimasi rakyat akan pemimpinnya berdasarkan kepercayaan bahwa ia adalah utusan Tuhan atau keturunan Nabi. Tentunya rakyat tidak akan menentang pemerintah kecuali mereka menentang agamanya atau pemerintah menyimpang dari ajaran agama. Sementara kaum minoritas mendapat tempat dan kebutuhan yang cukup sehingga keamanannya tidak terancam.

Lain halnya dengan negara – negara demokratis, pemimpinnya mendapat legitimasi rakyat melalui persetujuan rakyat atas ideologi maupun tujuan bersama yang ditawarkan pemimpin tersebut. Sayangnya tidak selalu semua orang akan memilki suara yang sama, selalu akan ada perbedaan yang menghalangi persatuan rakyat di negara tersebut ditambah lagi karakteristik masyarakat arab yang agresif. Dan ketika pemerintahan saat itu mulai melewati batas – batas demokrasi dan melanggar HAM. Revolusi siap menggeser pemerintahan tersebut dan menggantinya dengan pemerintahan baru yang dirasa lebih baik dari pemerintahan sebelumnya. Belum ada satu kesadaran yang mengikat rakyat untuk bersatu sebagai bukti dari legitimasi seorang pemimpin.

Sistem pemerintahan monarki juga membuktikan keuntungannya dalam menghasilkan stabilitas politk yang kemudian memudahkan negara tersebut untk melaksanakan pembangunan. Sebagai contoh, Uni Emirat Arab dan Qatar yang cukup makmur dan maju. Prinsip menjalankan syariah Islam tidak mengisolasi atau menutup mata mereka dari modernisasi. Kedua negara ini merupakan contoh dari harmonisasi antara Islam dan dunia modern.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

wkwkwkwkwkwkwk